Semangat Al Ma'un

(( أرأيت الذي يكذب بالدين ، فذلك الذي يدع اليتيم ، ولا يحض على طعام المسكين )) . “Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin “ {QS. Al-ma’un : 1-3}

Hadis berkenaan dengan anak yatim

“Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya : sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi ? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” [HR Thobroni, Targhib, Al Albaniy : 254]

Keutamaan Mengasuh Anak Yatim

Dari Abu Hurariah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ وَأَشَارَ مَالِكٌ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى “Orang yang menanggung anak yatim miliknya atau milik orang lain, aku dan dia seperti dua jari ini di surga.” Malik mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah.” (HR. Muslim no. 2983)

Hadis berkenaan anak yatim

Suatu ketika Saib bin Abdulloh rodhiyallohu ‘anhu datang kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, maka Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : ياَ سَائِبُ انْظُرْ أَخْلاَقَكَ الَّتِيْ كُنْتَ تَصْنَعُهَا فِيْ الجْاَهِلِيَّةِ فَاجْعَلْهَا فِيْ اْلإِسْلاَمِ. أَقْرِ الضَّيْفَ و أَكْرِمِ الْيَتِيْمَ وَ أَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ “Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” [HR.Ahmad dan Abu Dawud, Shohih Abu Dawud, Al-Albani : 4836]

Hadis berkenaan anak yatim

مَنْ ضَمَّ يَتِيْمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُسْلِمَيْنِ فِيْ طَعَامِهِ وَ شَرَابِهِ حَتَّى يَسْتَغْنِيَ عَنْهُ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ “Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.” [HR. Abu Ya'la dan Thobroni, Shohih At Targhib, Al-Albaniy : 2543].

Selasa, 27 Desember 2011

Shalawatan Setelah Adzan

Seringkali kita dengar di surau atau masjid setelah dikumandangkannya adzan, muadzin membaca shalawat dengan suara yang keras. Bahkan ada yang dengan nada yang mendayu-mendayu. Barangkali kita pernah mendengar pula bahwa ada anjuran membaca shalawat dan meminta wasilah bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
Apabila kalian mendengar mu’adzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin, lalu bershalawatlah kepadaku, maka sungguh siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak 10x. Kemudian mintalah pada Allah wasilah bagiku karena wasilah adalah sebuah kedudukan di surga. Tidaklah layak mendapatkan kedudukan tersebut kecuali untuk satu orang di antara hamba Allah. Aku berharap aku adalah dia. Barangsiapa meminta wasilah untukku, dia berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim no. 875)
Dari hadits di atas jelas bahwa ada tuntunan bershalawat dan meminat wasilah bagi beliau setelah adzan. Dari sinilah sebagian muadzin berdalil akan agungnya amalan shalawat setelah adzan sampai-sampai dikeraskan dengan pengeras suara.
Perlu diketahui bahwa amalan mengeraskan suara setelah kumandang adzan telah dibahas oleh para ulama akan kelirunya dan digolongkan sebagai bid’ah sayyi’ah (bukan bid’ah hasanah). Kita dapat menemukan pernyataan tersebut, di antaranya dalam perkataan Syaikh Sayyid Sabiq –rahimahullah- yang mungkin saja di antara kita telah memiliki atau membaca buku fiqih karya beliau, yakni Fiqih Sunnah.
Syaikh Sayyid Sabiq –rahimahullah- berkata,
Mengeraskan bacaan shalawat dan salam bagi Rasul setelah adzan adalah sesuatu yang tidak dianjurkan. Bahkan amalan tersebut termasuk dalam bid’ah yang terlarang. Ibnu Hajar berkata dalam Al Fatawa Al Kubra, “Para guru kami dan selainnya telah menfatwakan bahwa shalawat dan salam setelah kumandang adzan dan bacaan tersebut dengan dikeraskan sebagaimana ucapan adzan yang diucapkan muadzin, maka mereka katakan bahwa shalawat memang ada sunnahnya, namun cara yang dilakukan tergolong dalam bid’ah. “
Syaikh Muhammad Mufti Ad Diyar Al Mishriyah ditanya mengenai shalawat dan salam setelah adzan (dengan dikeraskan). Beliau rahimahullah menjawab, “Sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Khaniyyah bahwa adzan tidak terdapat pada selain shalat wajib. Adzan itu ada 15 kalimat dan ucapkan akhirnya adalah “Laa ilaha illallah”. Adapun ucapan yang disebutkan sebelum atau sesudah adzan (dengan suara keras sebagaimana adzan), maka itu tergolong dalam amalan yang tidak ada asal usulnya (baca: bid’ah). Kekeliruan tersebut dibuat-buat bukan untuk tujuan tertentu. Tidak ada satu pun di antara para ulama yang mengatakan bolehnya ucapan keliru semacam itu. Tidak perlu lagi seseorang menyatakan bahwa amalan itu termasuk bid’ah hasanah. Karena setiap bid’ah dalam ibadah seperti contoh ini, maka itu termasuk bid’ah yang jelek (bukan bid’ah hasanah, tetapi masuk bid’ah sayyi-ah, bid’ah yang jelek). Siapa yang klaim bahwa seperti ini bukan amalan yang keliru, maka ia berdusta.”
Lihatlah Syaikh rahimahullah sendiri menganggap bahwa bid’ah dalam masalah ibadah bukanlah masuk bid’ah hasanah, namun itu masuk dalam kategori dalam bid’ah sayyi’ah. Renungkanlah saudaraku yang selalu beralasan bid’ah hasanah atas perbuatan kelirunya yang jelas jauh dari tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam! Perhatikanlah ucapan seorang alim ini! Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang beliau ajarkan adalah do’a sesudah adzan tidak dikeraskan (dengan pengeras suara) sebagaimana adzan.
Adapun do’a sesudah adzan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut. Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa mengucapkan setelah mendengar adzan ‘Allahumma robba hadzihid da’watit taammati wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqoomam mahmuuda alladzi wa ‘adtah’ [Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid), shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi), dan fadilah (kedudukan lain yang mulia). Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqom (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikan padanya], maka dia akan mendapatkan syafa’atku kelak.” (HR.Bukhari no. 614 )
Wallahu waliyyut taufiq.
Reference: Fiqih Sunnah, Syaikh Sayyid Sabiq, 1/ 91, Muassasah Ar Risalah
Riyadh-KSA, 6 Jumadil Ula 1432 H (09/04/2011)

Hiasi Diri dengan Sifat Tawadhu’

Tawadhu’ adalah sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika orang sudah memiliki gelar yang mentereng, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia, sedikit yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk”.
Memahami Tawadhu’
Tawadhu’ adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang sepantasnya. Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri. Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang semestinya. Sedangkan melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai pada pelecehan hak (Lihat Adz Dzari’ah ila Makarim Asy Syari’ah, Ar Roghib Al Ash-fahani, 299). Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)
Keutamaan Sifat Tawadhu’
Pertama: Sebab mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588). Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  16: 142)
Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam. Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta. Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya,
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32). Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu’, mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.
Kedua: Sebab adil, disayangi, dicintai di tengah-tengah manusia.
Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865).
Mencontoh Sifat Tawadhu’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)
Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih memberi salam pada anak kecil dan yang lebih rendah kedudukan di bawah beliau. Anas berkata,
أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يزور الأنصار ويسلم على صبيانهم ويمسح رؤوسهم
Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshor. Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 459. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth) Subhanallah … Ini sifat yang sungguh mulia yang jarang kita temukan saat ini. Sangat sedikit orang yang mau memberi salam kepada orang yang lebih rendah derajatnya dari dirinya. Boleh jadi orang tersebut lebih mulia di sisi Allah karena takwa yang ia miliki.
Coba lihat lagi bagaimana keseharian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya. Beliau membantu istrinya. Bahkan jika sendalnya putus atau bajunya sobek, beliau menjahit dan memperbaikinya sendiri. Ini beliau lakukan di balik kesibukan beliau untuk berdakwah dan mengurus umat.
عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ  صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: “مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ”
Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 5676. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth). Lihatlah beda dengan kita yang lebih senang menunggu istri untuk memperbaiki atau memerintahkan pembantu untuk mengerjakannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa rasa malu membantu pekerjaan istrinya. ‘Aisyah pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di rumah. Lalu ‘Aisyah menjawab,
كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari no. 676). Beda dengan kita yang mungkin agak sungkan membersihkan popok anak, menemani anak ketika istri sibuk di dapur, atau mungkin membantu mencuci pakaian.
Nasehat Para Ulama Tentang Tawadhu’
قال الحسن رحمه الله: هل تدرون ما التواضع؟ التواضع: أن تخرج من منزلك فلا تلقى مسلماً إلا رأيت له عليك فضلاً .
Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”
يقول  الشافعي: « أرفع الناس قدرا : من لا يرى قدره ، وأكبر الناس فضلا : من لا يرى فضله »
Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)
يقول بشر بن الحارث: “ما رأيتُ أحسنَ من غنيّ جالسٍ بين يدَي فقير”.
Basyr bin Al Harits berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu’.
قال عبد الله بن المبارك: “رأسُ التواضعِ أن تضَع نفسَك عند من هو دونك في نعمةِ الله حتى تعلِمَه أن ليس لك بدنياك عليه فضل [أخرجه البيهقي في الشعب (6/298)].
‘Abdullah bin Al Mubarrok berkata, “Puncak dari tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 298)
قال سفيان بن عيينة: من كانت معصيته في شهوة فارج له التوبة فإن آدم عليه السلام عصى مشتهياً فاستغفر فغفر له، فإذا كانت معصيته من كبر فاخش عليه اللعنة. فإن إبليس عصى مستكبراً فلعن.
Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Siapa yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat akan membebaskan dirinya. Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat sombong (lawan dari tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya. Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun melaknatnya.”
قال أبو بكر الصديق: وجدنا الكرم في التقوى ، والغنى في اليقين ، والشرف في التواضع.
Abu Bakr Ash Shiddiq berkata, “Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa, qona’ah (merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi Allah), kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu’.”
قال عروة بن الورد :التواضع أحد مصائد الشرف، وكل نعمة محسود عليها إلا التواضع.
‘Urwah bin Al Warid berkata, “Tawadhu’ adalah salah satu jalan menuju kemuliaan. Setiap nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat tawadhu’.”
قال يحيى بن معين :ما رأيت مثل أحمد بن حنبل!! صحبناه خمسين سنة ما افتخر علينا بشيء مما كان عليه من الصلاح والخير
Yahya bin Ma’in berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang semisal Imam Ahmad! Aku telah bersahabat dengan beliau selama 50 tahun, namun beliau sama sekali tidak pernah menyombongkan diri terhadap kebaikan yang ia miliki.”
قال زياد النمري :الزاهد بغير تواضع .. كالشجرة التي لا تثمر
Ziyad An Numari berkata, “Orang yang zuhud namun tidak memiliki sifat tawadhu adalah seperti pohon yang tidak berbuah.”[1]
Ya Allah, muliakanlah kami dengan sifat tawadhu’ dan jauhkanlah kami dari sifat sombong.
اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ
Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).
Wallahu waliyyut taufiq.

@ Ummul Hamam, Riyadh KSA, 19 Dzulhijjah 1432 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id

Jumat, 04 November 2011

Amalan di Hari Tasyriq

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah) adalah hari penuh kemuliaan, hari di mana jama’ah haji melaksanakan ritual melempar jumrah dan di negeri lainnya sibuk dengan menyembelih qurban. Berbagai keutamaan hari tasyriq dan amalan mulia yang bisa dilaksanakan saat itu diterangkan dalam tulisan sederhana berikut ini.
Hari ‘Ied Kaum Muslimin
Hari Arofah, hari Idul Adha dan hari Tasyriq termasuk hari ‘ied kaum muslimin. Disebutkan dalam hadits,
يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَهِىَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Hari Arofah, hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq adalah ‘ied kami -kaum muslimin-. Hari tersebut (Idul Adha dan hari Tasyriq) adalah hari menyantap makan dan minum.[1]
Hari Idul Adha dan Hari Tasyriq, Hari Yang Paling Mulia
Mengenai keutamaan hari Idul Adha dan hari tasyriq (11, 12 dan 13 Dzulhijah) disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Daud,
إِنَّ أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qorr (hari tasyriq).”[2] Hari tasyriq disebut yaumul qorr karena pada saat itu orang yang berhaji berdiam di Mina. Hari tasyriq yang terbaik adalah hari tasyriq yang pertama, kemudian yang berikutnya dan berikutnya lagi.[3]
Hari Idul Adha dan Hari Tasyriq, Hari Bersenang-senang untuk Menyantap Makanan
Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa Idul Adha dan hari tasyriq adalah hari kaum muslimin untuk menikmati makanan. Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Hari-hari tasyriq adalah hari menikmati makanan dan minuman.[4]
Dalam lafazh lainnya, beliau bersabda,
وَأَيَّامُ مِنًى أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Hari Mina (hari tasyriq) adalah hari menikmati makanan dan minuman.[5]
Yang dimaksud dengan hari Mina di sini adalah ayyam ma’dudaat sebagaimana yang disebutkan dalam ayat,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203) Yang dimaksud hari yang terbilang adalah hari-hari setelah hari Idul Adha (hari an nahr) yaitu hari-hari tasyriq. Inilah pendapat Ibnu ‘Umar dan pendapat kebanyakan ulama. Namun Ibnu ‘Abbas dan ‘Atho’ mengatakan bahwa hari yang terbilang di situ adalah empat hari yaitu hari Idul Adha dan tiga hari sesudahnya. Hari-hari tersebut disebut hari Tasyriq. Namun pendapat pertama yang menyatakan bahwa hari yang terbilang adalah tiga hari sesudah Idul Adha adalah pendapat yang lebih tepat.[6]
Hari Tasyriq, Hari Berdzikir
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 203 di atas (yang artinya), “Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.
Lalu apa saja dzikir yang dimaksudkan ketika itu? Beberapa dzikir yang diperintahkan oleh Allah di hari-hari tasyriq ada beberapa macam:
Pertama: berdzikir kepada Allah dengan bertakbir setelah selesai menunaikan shalat wajib. Ini disyariatkan hingga akhir hari tasyriq sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Hal ini juga diriwayatkan dari ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Abbas.
Kedua: membaca tasmiyah (bismillah) dan takbir ketika menyembelih qurban. Dan waktu menyembelih qurban adalah sampai akhir hari tasyriq (13 Dzulhijah) sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Pendapat ini juga menjadi pendapat Imam Asy Syafi’i dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Namun mayoritas sahabat berpendapat bahwa waktu menyembelih qurban hanya tiga hari yaitu hari Idul Adha dan dua hari tasyriq setelahnya (11 dan 12 Dzulhijah). Pendapat kedua ini adalah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad, juga termasuk pendapat Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan kebanyakan ulama.
Ketiga: berdzikir memuji Allah Ta’ala ketika makan dan minum. Yang disyari’atkan ketika memulai makan dan minum adalah membaca basmallah dan mengakhirinya dengan hamdalah.
Keempat: berdzikir dengan takbir ketika melempar jumroh di hari tasyriq. Dan amalan ini khusus untuk orang yang berhaji.
Kelima: Berdzikir pada Allah secara mutlak karena kita dianjurkan memperbanyak dzikir di hari-hari tasyriq. Sebagaimana ‘Umar ketika itu pernah berdzikir di Mina di kemahnya, lalu manusia mendengar. Mereka pun bertakbir dan Mina akhirnya penuh dengan takbir.[7]
Dianjurkan Memperbanyak Do’a Sapu Jagad
Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ, وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” [Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka].” (QS. Al Baqarah: 200-201)
Dari ayat ini kebanyakan ulama salaf menganjurkan membaca do’a “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” di hari-hari tasyriq. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh ‘Ikrimah dan ‘Atho’.
Do’a sapu jagad ini terkumpul di dalamnya seluruh kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam paling sering membaca do’a sapu jagad ini.  Anas bin Malik mengatakan,
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ »
Do’a yang paling banyak dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Allahumma Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” [Wahai Allah, Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka].”[8]
Di dalam do’a telah terkumpul kebaikan di dunia dan akhirat. Al Hasan Al Bashri  mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Kebaikan di akhirat adalah surga.” Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan rizki yang thoyib. Sedangkan kebaikan di akhirat adalah surga.
Dan do’a juga termasuk dzikir, bahkan do’a termasuk dzikir yang paling utama.
Diriwayatkan dari Al Jashshosh, dari Kinanah Al Qurosy, dia mendengar Abu Musa Al Asy’ariy berkata ketika berkhutbah di hari An Nahr (Idul Adha), “Tiga hari setelah hari An Nahr (yaitu hari-hari tasyriq), itulah yang disebut oleh Allah dengan ayyam ma’dudat (hari yang terbilang). Do’a pada hari tersebut tidak akan tertolak (pasti terkabul), maka segeralah berdo’a dengan berharap pada-Nya.”[9]
Banyak Bersyukurlah pada Allah di Hari Tasyriq
Pada hari tasyriq terkumpullah berbagai macam nikmat badaniyah dengan makan dan minum, juga terdapat nikmat qolbiyah (nikmat hati) dengan berdzikir kepada Allah. Dan sebaik-baik hati adalah yang sering berdzikir dan bersyukur. Dengan demikian nikmat-nikmat tersebut akan menjadi sempurna.
Jika kita diberi taufik untuk mensyukuri nikmat, maka syukur yang baru itu sendiri adalah nikmat. Sehingga perintah syukur selamanya tidak akan usai.
Seorang penyair mengatakan:
Idza kana syukri ni’matallah ni’matan, ‘alayya lahu fi mitsliha yajibusy syukr
Jika mensyukuri nikmat Allah adalah nikmat, maka karena nikmat semisal inilah, kita wajib bersyukur pula.[10]
Makan dan Minum di Hari Tasyriq untuk Memperkuat Ibadah
Hari tasyriq disebut dengan hari makan dan minum, juga dzikir pada Allah. Hal ini pertanda bahwa makan dan minum di hari raya seperti ini dapat menolong kita untuk berdzikir dan melakukan ketaatan pada-Nya. Dengan inilah semakin sempurna rasa syukur terhadap nikmat dapat menolong dalam ketaatan pada Allah. Oleh karena itu, barangsiapa menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat, berarti dia telah kufur pada nikmat.
Maksiat inilah yang nantinya akan menghilangkan nikmat. Sedangkan bersyukur pada Allah itulah nanti yang akan menghilangkan bencana.[11]
Semoga kita dimudahkan untuk beramal sholeh dan selalu dimudahkan mendapat ilmu yang bermanfaat, juga semoga kita termasuk hamba Allah yang bersyukur atas segala nikmat.
***
Diselesaikan di Panggang-GK, pada yaumun nahr, 10 Dzulhijah 1430 H

Ramai-ramai Aksi Baksos dan Santuni Warga Miskin

23/08/2011 09:11:38 BANTUL (KR) - Ramadan tahun 2011 yang bertepatan dengan bulan Agustus berbagai pihak ramai-ramai melakukan bakti sosial dan memberikan santunan kepada para kaum duafa atau warga miskin. Seperti yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kantor cabang Cik Di Tiro Yogyakarta, Sabtu (20/8), dengan mengadakan bakti sosial (baksos) di sekolah-sekolah tertinggal di Bantul. Kegiatan Baksos BRI cabang Cik Di Tiro dilakukan di SDN Ngasinan Nogosari II, Wukirsari, Imogiri, SDN Karang Tengah dan SD Muhammadiyah Geger. Di samping baksos di SD tertinggal, juga memberikan bantuan sembako dan uang tunai kepada panti asuhan, yaitu Panti Asuhan Muhammadiyah Abdul Alim Imogiri, Panti Asuhan Muhammadiyah Prambanan, Panti Asuhan Al Huda, Panti Asuhan Al-Dzikro dan Panti Asuhan Nurul Haq. Kepala Kantor Cabang Cik Di Tiro Henro Patmono menjelaskan, kegiatan itu sebagai bentuk kepedulian BRI kepada masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan prestasi pendidikan di SD tertinggal. “Baksos itu berupa memberikan bantuan perangkat komputer 2 unit, peralatan sekolah dan sembako. Selain itu juga ada pemeriksaan kesehatan gratis bagi siswa dan masyarakat sekitar,” kata Hendro kepada KR. Pada hari yang sama Paguyuban Camat dan istri Camat se Bantul yang tergabung dalam wadah Larasati menyerahkan santunan berupa sembako kepada warga kurang mampu di Balai Desa Srimulyo Piyungan. Ketua Paguyuban Camat Bantul, Sigit Widodo SH mengatakan, sebenarnya program tersebut telah digulirkan beberapa waktu lalu. “Semua camat bantingan, dana yang terkumpul untuk pengadaan barang yang yang diberikan warga kurang mampu,” ujar Sigit. Bendahara Larasati Dra Erni Hesti Ningrum MA mengatakan, jangan melihat apa yang diberikan tetapi makna dari program santunan bagi 50 warga itu. “yang kami berikan dari program ini tidaklah seberapa, tetapi jangan dilihat dari nilainya,” ujarnya. Pekan sebelumnya, SDIT Internasional Luqman Al Hakim Jogoragan Banguntapan Bantul menyelenggarakan Pesantren Ramadan dan bakti sosial bertemakan I Care I Share 2, dan peringatan HUT ke-66 RI. Kegiatan bakti sosial dilaksanakan di Desa Modalan Jogoragan dan Purbayan dilakukan siswa berkunjung ke rumah-rumah penduduk yang telah terdata kurang mampu untuk menyerahkan bantuan mereka secara langsung. Kepala Sekolah Fely Hilman SIP mengatakan, harapan dari kegiatan ini, para siswa dapat meningkatkan rasa empati terhadap warga kurang mampu, peduli dengan lingkungan sekitar dan sekaligus merekatkan tali silaturahmi antara warga sekolah dan masyarakat sekitar. Panti Asuhan Yatim Piatu dan Dhuafa Mustika Tama Jogonalan Lor Tirtonirmolo Kasihan Bantul, Kamis lalu mengadakan buka puasa bersama dan memberi santunan kepada 74 anak yatim piatu dan kaum dhuafa sekitar Tirtonirmolo. Menurut Lurah Tirtonirmolo HM Marwan MS yang juga salah satu pendiri panti Mustika Tama mengatakan, panti Mustika Tama baru berdiri beberapa bulan lalu dengan akta notaris no 06 tanggal 19 Juli 2011. (Roy/Jdm/*-1/Jan)-a

MUSYCAB PCM IMOGIRI

Berlangsung di SD Muhammadiyah Karangtengah Imogiri  Ahad (8/6) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Imogiri menggelar Musyawarah Cabang (musycab) tahun 2011.  Sekretaris PCM Imogiri Ponijo Ibnu Harto, S.Ag, M.Pd.I melaporkan kegiatan Musycab diawali dengan rangkaian kegiatan pawai ta’aruf, bakti social, aksi donor darah, jalan sehat dan pengajian akbar bersama ustadz Drs. H. Marsudi Iman, MA. Musycab mengagendakan laporan pertanggungjawaban pimpinan Cabang Muhammadiyah Imogiri periode 2005-2010, pemilihan pimpinan, serta menetapkan program kerja PCM Imogiri periode 2010-2015. Musycab dihadiri Anggota PCM, Utusan PRM se-Cabang, Pimpinan Ortom tingkat cabang, PDM Kab. Bantul serta Muspika Kecamatan Imogiri.
Ketua PCM Imogiri Mukijan, S.Pd mengatakan bahwa PCM Imogiri telah banyak melaksanakan tugas-tugas sebagai amanat musycab tahun 2005, namun juga ada beberapa kegiatan yang belum dapat dilaksanakan. Akan tetapi juga dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan meski tidak menjadi program kerja karena mendesak dan pentingnya untuk dilaksanakan; seperti kegiatan hari bermuhammadiyah dalam rangka Muktamar Muhammadiyah 1 Abad di Yogyakarta, serta pendirian Pondok Pesantren dan Panti Asuhan Yatim Piatu Abdul Alim Muhammadiyah Imogiri. Itu semua berkat kerjasama serta dukungan dari semua warga dan simpatisan Muhammadiyah.
Sementara Drs. HM. Asrori Ma’ruf, M.Pd PDM Kab. Bantul dalam sambutannya mengatakan  bahwa Muhammadiyah adalah sebuah gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Untuk itu agar warga Muhammadiyah senantiasa menjadi tauladan dan dapat bermanfaat bagi umat. (Jojo)

http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-307-detail-muscab-pcm-imogiri.html

Beramal Tiada Henti !!!

(Spirit Kontinuitas Muhammadiyah Imogiri dalam beramal)
“Inovasi tiada henti”, kalimat yang sering kita jumpai dalam sebuah iklan sepeda motor baik di media elektronik maupun di media cetak. Sebuah rangkaian kata yang terlihat cukup sederhana tapi sangat mendalam esensi yang terkandung didalamnya. Ternyata Muhammadiyah Imogiri juga tidak mau kalah, Pak Mukijan, S.Pd (ketua PCM Imogiri) sering mengatakan Muhammadiyah Imogiri saat ini memiliki sebuah jargon
yang tentunya dijadikan sebagai motivator dan inspirator untuk selalu berfastabiqul khoirot, jargon yang dimaksud adalah “ Beramal Tiada Henti”. Tentu ini juga mengandung makna yang sangat luar biasa. Tersirat sebuah semangat kontinuitas dan spirit beristiqamah dalam beramal sholeh. Inilah yang akhir-akhir ini menjadi semangat bagi Muhammadiyah Imogiri untuk selalu beramal, beramal, dan beramal. Setelah Alhamdulillah berhasil membereskan pembebasan tanah untuk memperluas kompleks SD Muhammadiyah Karangtengah, sehingga bisa menambahkan 2 ruang kelas lagi. Muhammadiyah Imogiri langsung disibukkan dengan Pendirian dan Pengelolaan Pondok Pesantren Yatim Putra Abdul `Alim Muhammadiyah di Pundung Wukirsari. Alhamdulillah sampai saat ini PPYP Abdul Alim bisa dikatakan berkembang pesat, santrinya pun sudah lumayan banyak, bahkan diantara mereka ada yang berasal dari daerah luar propinsi seperti boyolali dan daerah lainnya. Serta bantuan dari berbagai penjuru datang silih berganti yang tentunya ini memberikan ghiroh bagi para pengurus pondok dan Muhammadiyah Imogiri umumnya untuk lebih mengembangkan Pondok yang terletak di sebelah selatan polsek Imogiri ini. Sampai saat inipun pembangunan secara fisik masih terus berlangsung, baru saja kemarin dilakukan pengecoran untuk bangunan masjid pondok. Antusiasme masyarakat sekitar terlihat saat kerja bakti pengecoran kemarin. Insya Allah inilah bukti bahwa banyak sekali dukungan yang ada sampai saat ini. Mengenai pemanfaatan pondok,  Selain digunakan untuk kegiatan rutinitas para santri juga digunakan untuk kegiatan ortom, seperti Pertemuan  PCA, Kajian Malam Sabtu yang terbuka untuk umum yang diadakan oleh PC Pemuda Muhammadiyah, Kajian Bahasa Arab yang diadakan oleh PC IPM, dan masih banyak lagi.
            Sebelum Pembangunan Pondok Pesantren ini selesai, Muhammadiyah Cabang Imogiri mendapat sebuah tantangan untuk mendirikan Sekolah Berkebutuhan Khusus atau yang sering kita kenal dengan sebutan SLB ( Sekolah Luar Biasa). Akhirnya dengan tekad yang membara, alon-alon waton kelakon,  walaupun sedikit demi sedikit akhirnya SBK satu-satunya di Imogiri ini didirikan yang akhirnya diberi nama “Sekar Melati”. Walaupun memang untuk sementara gedung masih meminjam di rumah penduduk di kawasan Ketos, Sriharjo, Imogiri. SBK ini pun juga langsung mendapatkan tanggapan luar biasa, hal ini ditandai dengan siswa yang terdaftar sampai saat ini telah mencapai belasan anak.

            Alhamdulillah itulah berbagai pencapaian yang bisa dikatakan luar biasa dan tentunya ini menjadi sebuah tantangan besar bagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah periode yang baru  beserta  organisasi otonom-nya untuk bisa membuat peningkatan dan inovasi-inovasi tersendiri. Semoga spirit kontinuitas dalam beramal akan selalu membara dalam lubuk hati setiap kader persyarikatan sehingga ekspektasi persyarikatan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya akan menjadi sebuah realita. Ini semua akan terwujud  bila terjadi adannya sinergisitas dan kerjasama  PCM beserta seluruh organisasi otonomnya seperti Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul `Aisyiyah, Tapak Suci, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.


(Phisca Aditya Rosyady)

Ponpes Abdul ‘Alim MUHAMMADIYAH IMOGIRI ; Siap Wujudkan Masyarakat Agamis

04/06/2010 07:10:27 BANTUL (KR) - Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Imogiri menyelenggarakan pengajian akbar dan peresmian pembangunan tahap pertama pondok pesantren (ponpes) dan panti asuhan yatim piatu Abdul ‘Alim Muhammadiyah Imogiri, belum lama ini. Kegiatan itu diadakan sekaligus untuk menyambut Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta.
Pengajian dihadiri lebih dari 1.000 jamaah yang memadati kompleks Ponpes Abdul ‘Alim yang beralamat di Pandean, Pundung Wukirsari, Imogiri. Di antaranya, Wakil Bupati (Wabup) Bantul, Drs H Sumarno Prs, Wakil Ketua DPRD Bantul, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr HM Amien Rais MA selaku penyampai tausyiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul, Muspika Imogiri dan sebagainya.
Sumarno memberikan apresiasi atas peran serta warga Muhammadiyah Imogiri dalam mewujudkan masyarakat Bantul yang agamis, salah satunya dengan mendirikan Ponpes. “Saya mengajak kepada warga Muhammadiyah, untuk menyukseskan Muktamar Muhammadiyah ke-46 yang diselenggarakan di Yogya,” katanya.
Ketua PCM Imogiri Mukijan SPd mengatakan, selesainya pembangunan tahap pertama berupa pembangunan aula, musala, dan MCK menghabiskan dana sebesar Rp 89.327.160,-. Dana tersebut berasal dari swadaya masyarakat sejak di launching lima bulan lalu oleh Drs H Sunardi Syahuri. Selain dana, juga terkumpul 1.000 sak semen dan sumbangan material lainnya. Peletakan batu pertama dilakukan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bantul.
 “Untuk merealisasikan pembangunan tahap kedua (asrama santri dan kantor) terkumpul infaq sebesar Rp 64.500.000,- Bagi para donatur dapat menyalurkan bantuan via rekening atas nama Ponpes dan PA Yatim Piatu Abdul ‘Alim, Norek BRI : 3585-01-000530-50-1, Norek BPD : 030.221. 001695,” ujar Ketua panitia Agus Sudrajat SH.
Amien Rais dalam tausyiyahnya menyampaikan, meski Muhammadiyah telah berusia satu Abad, tapi terus tumbuh dan berkembang dengan subur bahkan di manca negara. Ini karena Muhammadiyah didasarkan pada Iman dan amal saleh, sehingga amal nyata telah dirasakan manfaatnya oleh umat.(Rar)-a

http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=217409&actmenu=36